Makna di Balik Pidato Anies: Angkara Murka Akan Kalah dengan Kebaikan - Indonesiainside.id (2024)

Anies Baswedan tak hanya menyitir ayat suci dalam pidatonya pada Debat Capres Kelima, Ahad (4/2/2024). Dia juga menukil sebuah petuah Jawa yang memiliki makna sangat dalam.

Petuah itu berbunyi, Suro Diro Jayanirat Lebur Dening Pangastuti. Makna pesan ini diartikan oleh Anies bahwa angkara murka akan kalah dengan kebaikan.

Mendengar kata tersebut, sontak membawa alam pikiran kita jauh ke belakang menapaktilasi perjalanan sejarah. Di mana di alam ini, ada saja penguasa zalim, semaunya, dan sewenang-wenang. Semuanya hancur ketika berhadapan dengan misi kebaikan.

Tak hanya dalam kisah kerajaan di Nusantara, tapi juga terjadi dalam kepingan sejarah para nabi yang diutus ke muka bumi. Dalam Islam, ada adegium di mana ada Nabi Muhammad, di situ ada Abu Jahal.

Baca Juga

Detik-detik Mobil Bawa 12 Galon BBM Terbakar di Kota Jambi, Pemiliknya Malah Kabur

Jamaah Haji Indonesia Bakal Bertumpuk dan Desak-desakan di Muzdalifah dan Mina, 2 Skema Baru Memudahkan

Jauh sebelumnya, dalam sejarah Islam juga menceritakan adanya penguasa zalim yang ambruk seketika kala berhadapan dengan kelembutan seperti kisah antara Nabi Musa dan Firaun. Dalam al-Qur’an, Nabi Musa diperintah oleh Allah menghadap ke Firaun dengan kata-kata dan sikap yang lembut.

Namun Firaun murka. Ia menolak kebenaran. Ia sewenang-wenang dan sombong, bahkan mengaku sebagai tuhan. Angkara murka itu pun hancur lebur ketika berhadapan dengan kebaikan yang dibawa Nabi Musa Alaihissalam. Firaun mati pun mati terhina akibat tenggelam dan tersedak air laut.

Ada juga raja Namrud yang zalim di masa Nabi Ibrahim Alaihissalam. Di ujung kekuasaan dan kezalimannya, ia pun hancur saat berhadapan dengan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Namrud pun mati terhina oleh seekor lalat.

Ini memang kisah kenabian dan raja-raja zalim. Tentu tidak sejauh itu penggambaran kisah yang sedang kita hadapi saat ini. Namun, di baliknya ada ibrah (pelajaran) yang harus dipetik, berapa berkuasanya seseorang, sampai Firaun dan Namrud pun mati konyol dan kerajaannya hancur akibat kezalimannya sendiri.

Karena angkara murka akan hancur lebur ketika berhadapan dengan kebaikan, ketulusan, dan kelembutan. Karena itu, siapa pun yang berkuasa, hendaknya belajar dari sejarah. Kekuasaan itu ada batasnya. Ia pasti berujung setangguh apa pun dan tak bisa dipaksakan untuk langgeng selamanya dengan menggunakan cara-cara kotor dan kasar.

Di balik makna Suro Diro Jayanirat Lebur Dening Pangastuti dalam pidato Anies Baswedan pada Debat Capres Kelima, mengingatkan kita bahwa Anies sepertinya menghadapi masalah besar dari penguasa. Faktanya memang demikian. Episode demi episode, ia lewati bak melintasi jurang dan tebing dalam sebuah pendakian terjal.

Hingga akhirnya, sampailah di penghujung Pilpres 2024 dengan ditandai masuknya fase debat sesi terakhir. Anies mengutip kalimat Suro Diro Jayanirat Lebur Dening Pangastuti di akhir pidato debatnya. Pertama apa?

Dalam bahasa Jawa mengandung makna filosofis teramat dalam. Ungkapan ini datang dari Ronggowarsito, namun ada juga yang bilang berasal dari Sunan Kalijaga. Namun, pendapat pertama lebih kuat.

Ronggowarsito adalah pujangga kondang dari Kraton Solo yang hidup pada 1802-1873. Dia menuliskan ungkapan ini dalam tembang Kinanthi.

Tembang tersebut termuat dalam Serat Ajipamasa atau Serat Witaradya atau Serat Pustaka Raja Wedha yang ditulis oleh Ronggowarsito. Tembang tersebut berbunyi:

Jagra angkara winangun
Sudira marjayeng westhi
Puwara kasub kawasa
Sastraning jro Wedha muni
Sura dira jayaningrat
Lebur dening pangastuti

Tembang Kinanthi ini menggambarkan tentang seseorang yang memiliki kekuasaan besar yang mengakibatkan dirinya lupa diri. Dia mencoba memaksakan kehendak kepada siapa pun. Pada akhirnya, sikap angkara murka hancur ketika dihadapi dengan tersenyum, kata-kata yang sopan, dan sikap yang penuh kelembutan.

Kisah berbeda di masa kenabian dan era kerajaan di Jawa do atas, memiliki relevansi ketika kekuasaan menjadi Angkara murka. Makna kisah tersebut lalu dikemas oleh Anies dalam pidatonya dengan cita-cita mulia menghadirkan negara penuh kasih dan cinta kepada rakyat.

“Kami akan tegaskan, negara tidak berdagang dengan rakyat, negara tidak pelit dengan rakyat, negara tidak berpaling dari yang papah, negara yang penuh cinta kasih kepada semuanya, negara yang hadir dengan perasaan yang halus, yang rahman, yang rahim kepada semua yang merangkul dengan perasaan cinta. Sebagai orang tua kepada anak-anaknya, sebagai abah bagi anak-anaknya semua yang mencintai semua dengan sepenuh hati.”

Demikian pidato Anies dengan nada suara bergetar, tegas, dan berwibawa. Anies bertekad menghadirkan negara welas kasih, cinta kasih, berlemah lembut kepada rakyat, bukan dihadapi dengan ancaman, kriminalisasi, pemenjaraan, dan semacamnya.

Kepada lawan yang sewenang-wenang, Anies menjanjikan akan memperlakukan dengan kelembutan, berdasarkan spirit Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.

Artinya, semua benruk keberanian, kekuatan, kejayaan, dan kemewahan yang ada di dalam diri manusia yang menimbulkan kerusakan, ketakaburan, kelicikan, dan angkara murka, akan dikalahkan dan dihancurkan oleh kebijaksanaan, kasih sayang, dan kebaikan yang ada di sisi lain dari manusia itu sendiri. (Aza)

Tags: Debat CapresHeadlinePidato AniesSura dira jayaningrat

Makna di Balik Pidato Anies: Angkara Murka Akan Kalah dengan Kebaikan - Indonesiainside.id (2024)

References

Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Sen. Emmett Berge

Last Updated:

Views: 5404

Rating: 5 / 5 (80 voted)

Reviews: 95% of readers found this page helpful

Author information

Name: Sen. Emmett Berge

Birthday: 1993-06-17

Address: 787 Elvis Divide, Port Brice, OH 24507-6802

Phone: +9779049645255

Job: Senior Healthcare Specialist

Hobby: Cycling, Model building, Kitesurfing, Origami, Lapidary, Dance, Basketball

Introduction: My name is Sen. Emmett Berge, I am a funny, vast, charming, courageous, enthusiastic, jolly, famous person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.